Cantika adalah seorang anak perempuan yang
terlahir dari keluarga yang sederhana. Ibunya hanyalah sebagai ibu rumah
tangga, sedang Ayahnya sebagai penarik becak. Kini,Cantika masih sekolah di
tingkat SD. Walau ia hidup sederhana, ia tetap mencintai apa yang ia miliki
saat ini. Setiap kali ia berangkat ke sekolah, ia diantar oleh ayahnya memakai
becak, karena rumahnya yang lumayan jauh dari sekolah dan tidak ada mobil yang
masuk sampai ke lorong tempat tinggalnya. Setahun kemudian, ia sudah sekolah di
tingkat SMP, dan sudah mulai terpengaruh dengan keadaan teman-temannya yang
hidup dalam kemewahan, ia berfikir kalau ternyata selama ini ia hidup dalam
kekurangan.
Suatu hari, ketika ibunya sedang memasak, ia
mencoba meminta uang jajan untuk dibawa ke sekolah. Ibunya agak heran
mendengarnya, karena selama ini ia selalu membawa bekal makanan ke sekolah.
Ibunya pun bertanya kenapa kali ini ia meminta uang jajan. Cantika hanya
menjawab kalau ia ingin makan siang di sekolah. Ia malu untuk membawa bekal.
Ibunya mulai khawatir dengan sikap anaknya yang seakan-akan mulai berubah.
Ibunya hanya berbisik dalam hati semoga anaknya tetap menjadi anaknya yang
dulu. Ibunya hanya tersenyum dan memberi Cantika uang.
Hari demi hari berlalu, entah mengapa Cantika
kini menjadi anak yang keras dan emosian. Ibunya hanya berusaha sabar menhadapi
Cantika yang emosian. Ayahnya pun merasa bersalah dan berfikir mungkin karena
dirinya yang kurang meluangkan waktu di rumah dan menasehati anaknya. Tetapi,
ia jarang di rumah demi anaknya, karena ia harus mencari uang untuk biaya
sekolah Cantika. Walaupun, ini yang membuat ia terasa jauh dengan Cantika.
Saat itu, Cantika sakit . Ibunya sangat
menghawatirkannya, dan langsung mencari obat untuknya. Namun, setibanya di
rumah, Cantika tidak mau meminum obat tersebut. Ibunya berusaha membujuknya
hingga akhirnya ia mau meminumnya. Setelah beberapa hari meminum obat, Cantika
belum juga sembuh malah semakin parah. Akhirnya, Cantika dibawa ke rumah sakit
dan setelah check-up, ternyata Cantika menderita penyakit jantung dan harus
dioperasi. Cantika yang mengetahui penyakitnya,tidak bisa menerima kenyataan
itu. Ia memberontak dan marah kepada ayah dan ibunya mengapa ia bisa mempunyai
penyakit seperti itu. Ibu dan ayahnya tidak bisa berkata apa-apa. Mereka hanya
berusaha menenangkan Cantika. Ibu nya yang tidak sanggup melihat anaknya
menangis, ia keluar dari kamar dimana Cantika dirawat dan kemudian menangis.
Setelah beberapa menit, ia masuk kembali dan menghampiri cantika. Cantika yang
masih shock dengan penyakitnya, langsung berbicara kasar pada ibunya. "
Bu', kenapa Tuhan memberikan penyakit ini padaku bu' "? , ibunya hanya
mengucapkan istighfar dan menasehati Cantika untuk sabar. namun Cantika
bertanya pada ibunya, " Apa ibu sayang sama aku" ? ibunya
menjawab "tentu saja sayang, ibu sayang sama kamu, kamu anak ibu dan ibu
sangat menyayangi kamu, begitu pula ayahmu". "Kalau gitu, ibu harus
membuktikan rasa sayang ibu saat aku sakit seperti ini..." kata Cantika.
Ibunya menjawab dengan agak heran "tentu saja sayang, ibu akan memberikan
semua kasih sayang ibu padamu. Apa yang kamu inginkan saat ini? apa kamu ingin
ibu buatkan bubur atau susu?". Bukan itu bu', aku ingin ibu mendonorkan
jantung ibu untuk ku jika ibu memang menyayangiku, ibu mau kan? atau ibu mau
kalau aku mati? " kata Cantika, walaupun matanya berkaca-kaca.
Ibunya yang mendengar itu, tidak bisa menahan air matanya dan berkata
"kalau memang hanya itu yang menurut kamu bisa membuktikan kasih sayang
ibu, maka ibu setuju." Ayah Cantika langsung menegur Cantika kalau
perkataannya sudah melampaui batas. Namun, ibunya hanya berkata "tidak
pa', cantika sedang sakit parah dan akan dioperasi, jangan ngomong terlalu
keras pa'".
Ibunya kemudian memberitahu dokter yang akan
mengoperasi Cantika bahwa ia akan mendonorkan jantungnya untuk Cantika. Dokter
sangat kaget mendengarnya, dan menyarankan untuk tidak melakukannya karena akan
berbahaya bagi dirinya. Namun, niat ibunya sudah bulat dan operasi pun
dilakukan. Setelah operasi selesai dilakukan, Cantika pun dinyatakan sehat.
Ayahnya sangat bahagia mendengarnya, tetapi sedih karena ibunya yang harus
mengorbankan jantungnya. Beberapa saat kemudian, dokter datang dan
memberitahukan kalau ibunya telah meninggal. Cantika dan ayahnya sangat shock,
dan Cantika pun langsung beranjak walaupun kondisinya belum pulih. Ia langsung
ke kamar tempat ibunya mendonorkan jantungnya. Ia menangis dan menyesali
perbuatannya. Namun, semuanya sudah terlambat dan penyesalan pun tidak akan
mengubah apa yang sudah terjadi pada ibunya saat ini. Ayahnya menenangkan
Cantika dan menasehatinya untuk bisa merelakan kepergian ibunya. Ibunya kini
dibawa pulang dan dimakamkan. Namun, saat mereka pergi untuk keluar dari rumah
sakit, dokter menemukan secarik kertas berisi tulisan untuk Cantika. Tulisan
itu adalah tulisan Ibunya sebelum mendonorkan jantungnya.
"sayangku
cantika, ibu ikhlas memberikan jantung ibu padamu walaupun resikonya ibu harus
meninggal, yang berarti meninggalkan kamu. Namun, satu yang ibu harapkan
kepadamu, jadilah anak ibu yang dulu, yang lembut dalam bertutur kata dan
berbakti pada orangtuanya. Saat ini, Ayahlah yang akan selalu menemanimu, maka
hargailah ayahmu. Selamat tiggal sayang, dan buat ayahmu :'( ".
setelah kejadian itu, Cantika sadar kalau
hari-harinya kini terasa hampa dan sunyi sepeninggal ibunya. Ia berusaha untuk
merubah sikapnya menjadi lebih baik dan berbakti pada ayahnya. Ia kini sekolah
di tingkat SMA dan menjadi anak yang cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar